Sudahlama mati. Pak Umar dan pak Darmono yang berdaulat. Sudah kembali menjadi rakyat . Pak Mitro dan pak Beni yang perkasa. Sudah tak lagi punya kuasa . Rasanya. Baru kemarin. Padahal sudah setengah abad kita. Merdeka . Kiai Ali dan Gus Yusuf yang agamawan. Sudah menjadi priyayi. Danarto dan Umar Kayam yang seniman. Sudah menjadi kiai . Gus
Jakarta - Ibu adalah sosok yang mulia. Ia adalah wanita hebat. Ibu mengandung sekitar 9 bulan lamanya. Kemudian melahirkan dengan penuh jerih payah. Belum sampai di situ, ibu ikut membesarkan anaknya bersama ayah. Harapannya, ketika tumbuh dewasa anaknya menjadi orang yang saleh atau salehah. Sebab, doa anak saleh atau salehah menjadi salah satu amalan yang tidak akan pernah terputus, meski ibu atau ayah sudah meninggal. Ini adalah suatu harapan besar bagi ibu, termasuk ayah juga. Kisah Nyai Sinta Nuriyah Jualan Kacang dan Es Lilin Saat Gus Dur Jadi Ketua Umum PBNU Daftar Pesantren Tertua hingga Modern di Aceh, Lengkap dengan Sejarah Berdirinya Rekomendasi 10 Pondok Pesantren Tertua dan Terbaik, Lengkap di Tiap Provinsi Pulau Sumatera Di Indonesia ada peringatan khusus untuk ibu, namanya adalah Hari Ibu. Hari Ibu diperingati secara nasional setiap tanggal 22 Desember. Hari Ibu adalah momentum anak mengingat jasa-jasa ibu. Mari terus berbakti pada ibu dan jangan disia-siakan. Sebab, kesempatan tidak akan datang dua kali, jangan sampai menyesal. Bagi ibunya yang telah tiada, mari kirim doa. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa doa anak saleh atau salehah akan menjadi amalan yang tidak akan pernah terputus meski ibu sudah meninggal. Untuk mengingat, mengenang, dan merenungkan jasa-jasa ibu dapat menyimak puisi-puisi karya penyair muslim KH A Mustofa Bisri Gus Mus. Mengutip berikut ini adalah tiga puisi tentang ibu karya Gus Mus. Saksikan Video Pilihan IniPerjuangan Ibu Lahirkan Bayi kembar 3 Lahir Lewat Persalinan NormalIlustrasi Puisi, Pantun, Menulis, Membaca Photo by Suzy Hazelwood from PexelsIbu Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu Sekian lama Kaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku telaga tempatku bermain berenang dan menyelam Kaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu Tuhan, aku bersaksi ibuku telah melaksanakan amantMu menyampaikan kasihsayangMu maka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasihMu Amin. 1414Nazar Ibu di KarbalaIlustrasi menulis, pantun, puisi. Photo by Álvaro Serrano on Unsplashpantulan mentari senja dari kubah keemasan mesjid dan makam sang cucu nabi makin melembut pada genangan airmata ibu tua bergulir-gulir berkilat-kilat seolah dijaga pelupuk agar tak jatuh indah warnanya menghibur bocah berkaki satu dalam gendongannya tapi jatuh juga akhirnya manik-manik bening berkilauan menitik pecah pada pipi manis kemerahan puteranya "ibu menangis ya, kenapa?" meski kehilangan satu kaki bukankah ananda selamat kini seperti yang ibu pinta?" "airmata bahagia, anakku kerna permohonan kita dikabulkan kita ziarah kemari hari ini memenuhi nazar ibumu." cahaya lembut masih memantul-mantul dari kedua matanya ketika sang ibu tiba-tiba brenti berdiri tegak di pintu makam menggumamkan salam "assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah salam bagimu, wahai cucu rasul salam bagimu, wahai permata zahra." lalu dengan permatanya sendiri dalam gendongannya hati-hati maju selangkah-selangkah menyibak para peziarah yang begitu meriah disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat membisik munajat "terimakasih, tuhanku dalam galau perang yang tak menentu engkau hanya mengujiku sebatas ketahananku engkau hanya mengambil suami gubuk kami dan sebelah kaki anakku tak seberapa dibanding cobamu terhadap cucu rasulmu ini engkau masih menjaga kejernihan pikiran dan kebeningan hati tuhan, kalau aku boleh meminta ganti gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku dengan kepasrahan yang utuh dan semangat yang penuh untuk terus melangkah pada jalan lurusmu dan sadarkanlah manusia agar tak terus menumpahkan darah mereka sendiri sia-sia tuhan, inilah nazarku terimalah." Karbala, 1409Cinta IbuIlustrasi pantun, puisi. Photo by freestocks on UnsplashSeorang ibu mendekap anaknya yang durhaka saat sekarat air matanya menetes-netes di wajah yang gelap dan pucat anaknya yang sejak di rahim diharap- harapkan menjadi cahaya setidaknya dalam dirinya dan berkata anakku jangan risaukan dosa- dosamu kepadaku sebutlah namaNya, sebutlah namaNya. Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur dan darah terdengar desis mirip upaya sia-sia sebelum semuanya terpaku kaku. 2000* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Puisi berikut ini menggambarkan kesedihan seorang anak yang telah ditinggal pergi oleh ibunya tercinta. Dalam bait-bait ini, sang anak merasa sangat kehilangan, namun selalu berdoa agar sang ibu tenang di alam surga.“Untuk Ibuku di Surga”Karya Air mataku jatuh menangis Mengalir di kelopak yang tipis Menyadari betapa diriku egois Yang membuat hatinya teririsBibirku kaku dalam sesal Bagai tertimpa sejuta sial Menyadari betapa diriku bebal Yang sering membuatnya kesalNamun itu tak mengubah segalanya Tak mampu meneduhkan lubuk hatinya Karena dia telah jauh di sana Terpisah oleh ruang dan ragaIbu, aku menyesal Telah menyayatkan sejuta luka Telah menaburkan banyak derita Pada hatimu yang penuh cintaKini… Aku duduk sendiri dalam sunyi Menjalani hidup yang tiada pasti Tanpa kekuatan kasih ibu di sisi Yang telah menuju pelukan Ilahi“Doa Mama”Karya Mama… Ketika aku rapuh, kau berdiri di sisiku Di saat aku tersesat, kau menuntunku Waktu dan perhatianmu tiada terhitung Kasih sayangmu menyusup ke jantungMama… Aku sadar hidupku berkat doamu Kau berharap ku menjadi insan tangguh Aku berusaha untuk beri bahagia Walau itu takkan pernah setaraMama… Duniaku terasa indah mengalun Lelah lenyap saat teringat senyummu Walau hanya sebatas bayangmu Namun kerinduan telah menghiburku“Ibu dan Pengorbanannya”Karya Malam itu purnama bersinar gemilang Menghias samudera dengan terang Kala itu seorang wanita berjuang Jerit tangisnya terdengar mengguncangDemi buah cinta yang paling indah Sekuat tenaga dia bertahan Melawan maut yang makin dekat Dengan sisa tenaga yang kian sekaratItulah sepenggal kisah yang terucap Tentang ibuku yang paling hebat Tentang ibuku yang paling kuat Pengorbanannya takkan ku sia-siakan“Maafkan Aku Mama”Karya Maafkan aku, Mama… Berkali-kali aku goreskan luka Banyak sudah kau jatuhkan air mata Dan menahan rasa perih di dadaMaafkan aku, Mama… Jika selalu membuat kecewa Menutup simpul-simpul tawa Bagaikan raga kehilangan nyawa“Kepada Ibu Ku Merindu”Karya Angin mendesir membelai raga Sejuknya membawa kenangan Mengingatkan kisah lama Yang terpatri dalam ingatanSaatku riang dan penuh ceria Pada masa kecilku yang indah Biarkan napasku bercerita Tentang ibuku yang hebatIbu… Rinduku tak terhingga padamu Rindu pada masa-masa itu Saat indah yang berlalu Rindu saat ibu mendekapku“Bunda Bidadari Surga”Karya Dialah bidadari surgaku Yang hadir membesarkanku Meski bukan malaikat bersayap Tapi pelukannya sejuta hangatDialah bidadari di bumi Yang hadirnya untuk memberi Mengalirkan beribu kasih murni Kepada aku yang tak tahu diriIbu, maafkanlah kesalahanku Atas kekecewaan yang aku balut Telah goreskan perih di kalbu Yang buat tawamu tersenduIbu, waktu terus berputar Aku berjanji akan senantiasa Memberimu senyuman bahagia Sebisa mungkin membuatmu bangga“Untuk Ibuku Tercinta”Karya Di bawah langit malam yang gelap Angin meniup lembut menyapa Aku merenung bagai seorang petapa Mengingat sosok yang sempat terlupaDialah ibuku tercinta Yang kini jauh berada Dalam kegundahan yang nestapa Hatiku rindu akan hadirnyaDialah ibuku tersayang Yang ku jumpa dalam bayang Tat kala sepi menjelang Rasa rinduku tak pernah hilang“Untukmu Ibu, Di Surga”Ibu, kau begitu istimewa Namun kini kau pergi Meninggalkan aku sendiriHanya kenangan manis yang tersisa Bahkan seberkas rindu pun Tak bisa mengembalikanmu lagiEngkau adalah pelita Dalam setiap kegelapanku Memberi cahaya dalam kesedihan Penuh kasih sayang Dan sejuta pengertianKehadiranmu terasa selalu di hatiku Saat hatiku terluka dan perih Kau adalah sandaran dan kekuatankuSaat langit terlihat begitu kelam Kau adalah pelangi indah Di antara awan hitamNamun kini kau telah pergi Meninggalkan aku dalam kesepian Kau adalah bunga yang indah Namun takdir memisahkan kita selamanyaAku teringat akan senyummu Yang selalu membawa keceriaan Teriring harapan untuk bertemu Di surga yang abadi Sebagai sinar kebahagiaanIbu, cinta dan doamu selalu terasa Seakan masih dekat di dalam hatiku Walau jasadmu telah pergi jauh Namun cinta tulusmu Takkan pernah hilang dari pikirankuKau telah melalui semua dengan tegar Menghadapi cobaan dengan sabar Meninggalkan jejak yang tak tergantikan Sebagai ibu yang tercinta Dan penuh kasih sayangMaka saat senja kembali hadir Aku selalu teringat akan dirimu Akan kusembahkan doa Sepanjang waktu Untukmu yang telah pergi Untuk selamanyaKini engkau telah berada di dekat-Nya Di bawah lindungan-Nya yang abadi Walau jasadmu telah tiada Namun cintamu tetap abadiIbu, engkau adalah segalanya bagiku Yang selalu hadir dalam ingatan Dalam hati selalu merindukanmu Mendoakanmu bahagia di sisi-Nya Di surga yang kekal abadi
sebuahperasaan yang sudah lama ku pendam yang tak pernah tersimpaikan dari mulutku yaog kaku I B U .., dalam do'a ku meminta maafmu dalam tangis ku memohon ampunmu dalam mimpi ku bersujud di kakimu memohon ampun atas dosa dan keselahanku padamu . . .:) IBU oleh: Ade Yulianti aku begitu mencintaimu aku begitu merindukan mu
Kami adalah muda-mudi yang sedang dilanda api asmaraTerpisah jarak dan waktu di kota yang berbedaAku tak kuasa berjarak dengannyaDetak jantungnya bak melaju dari SurabayaMenggema di ibu kota JakartaAku berbisik kepada alam semestaSemoga dia senantiasa mengingat kisah romansa yang telah sah di mata agama dan negaraSore menjelang malam, aku tak pernah melewatkan hari untuk menantinya di tempat yang samaTerminal kota Jakarta, bukan sekadar tempat biasaTempat ini menjadi saksi bisu, betapa baiknya takdirMenyatukan dua insan yang sedang merajut bahtera rumah tanggaDi tempat yang serupa, aku kembali seorang diri, membawa rasa rindu yang menggebu-gebuTiap kali aku menyeka air mata yang enggan berhentiAku seperti mendengar suaranya yang sejukMembuatku tersipu malu semalaman suntukHarapku, dia menepi di sini, meski sekaliMengisi ruang hatiku yang sepiJika dia tepati, aku berjanji akan menjelma menjadi istri yang pemberani Baca Juga [PUISI] Aksara Namamu Berakhir di Batu Nisan IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.